Cara Mengatasi Layar Iphone yang Tiba-tiba Mati alias Nge-Lag

Iphone tiba-tiba mati. Sudah dicharge ndak masuk, Di pencet tombol kunci dalam waktu yang lama tetep nggak merespon. Panik, pasti!!
Apalagi dalam kondisi nyala, kemudian tiba-tiba layar berubah menjadi hitam tanpa sebab yang jelas (jatuh, misalnya).
Jangan panik dulu...

Setidaknya itu yang saya alami barusan, hape tiba-tiba mati padahal nggak diapa-apain...

Mungkin kalau kamu mengalami hal yang sama, kamu boleh melakukan hal ini terlebih dahulu, tidak perlu panik nyervisin hape, siapa tau bisa... hehehe

Jika layar berwarna hitam atau terhenti, Anda mungkin perlu memulai ulang perangkat secara paksa. Memulai ulang secara paksa tidak akan menghapus konten perangkat Anda. Anda dapat memulai ulang perangkat secara paksa meskipun layarnya hitam atau tombolnya tidak merespons. Ikuti langkah-langkah berikut ini:
  • Pada iPhone 7 atau iPhone 7 Plus: Tekan dan tahan tombol Tidur/Bangun dan Volume Turun selama minimal 10 detik, sampai Anda melihat logo Apple.
  • Di iPhone 6s dan versi lebih lama, iPad, atau iPod touch: Tekan dan tahan tombol Tidur/Bangun dan tombol Utama selama minimal sepuluh detik, hingga logo Apple ditampilkan.
Source : https://support.apple.com/id-id/HT201412

Kalau hape saya sih Alhamdulillah setelah melakukan langkah di atas langsung nyala muncul logo Apple dan layar kembali putih... Legaaaaa...
Yang bikin nggak ngeh tuh ternyata ada cara seperti ini yaa, dan beda jauh antara iphone 7 dan iphone sblmnya...
Kenapa panik, soalnya iphone 5 saya yang dulu tuh sempet kaya gini, sampai ganti LCD 2x hiks T.T masa setelah ganti hape masih juga LCD kena...

Selamat mencoba. Semoga bermanfaat. :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

My daily activity as a Public Health Center Doctor

Assalamualaikum...


Alhamdulillah setelah sekian lama tidak ngeblog, (yang paling juga gada yang baca blognya selain followers), akhirnya ada kesempatan untuk ngeblog.
Masih inget banget terakhir kali ngeblog adalah sewaktu masih jadi dokter muda (alias mbak Koass) which is itu adalah sudah 4 tahun yang lalu. Dimana tahun 2012 saya memulai koass dan selesai tahun 2013 akhir.
Banyak hal yang telah saya lalui di tahun-tahun setelahnya, mulai cerita ketika sumpah dokter, wisuda, punya gebetan baru, internship, ketrima PNS!!, berakhirnya hubungan misterius, sampai akhirnya memutuskan menikah dengan pria yang sangat sayangi.

Well, alhamdulillah semuanya berjalan lancar, meskipun ada beberapa hal yang harus dikorbankan dan waktu pun tidak bisa kembali datang memberi kesempatan saya untuk mengulangnya, tapi yah, disini saya harus banyak-banyak bersyukur karena di usia saya sekarang sudah punya pekerjaan tetap (yang menjadi impian bagi sebagian orang).

Bercerita tentang kehidupan berumah tangga dan bekerja sebagai dokter puskesmas, dan tentu saja menjalani kehidupan LDR dengan suami, hahaha tentu saja tidak pernah terbayangkan seumur hidup saya. Dulu saya memang berniat mencari pasangan yang domisilinya dekat dengan Blitar, karena yaaa khawatir aja dengan hubungan jarak jauh (pernah punya pengamalan buruk dalam berpacaran, dimana itu adalah hubungan sekota, rumit memang membayangkannya). Tapi ternyata Allah berkata lain, saya dapet jodoh orang Ambarawa, beda kota, beda propinsi pula! hahaha hiks dan sekarang kita sudah naik level. Antar propinsi antar pulau... tapi yah disyukuri saja alhamdulillah, dengan pekerjaannya yang sekarang suami bisa memberikan nafkah yang cukup untuk saya.

Back to topic

Gimana rasanya jadi dokter puskesmas.
Jawabannya cuma satu : santaai kaya di pantai.
Tapi jangan bayangin puskesmas saya kayak puskesmas di sinetron atau mana aja, yang terpencil, alat nggak lengkap, obat nggak ada, stop it!
Puskesmas saya punya kapitasi sebesar 16ribu sekian pasien dengan kunjungan total per harinya kurang lebih 200an pasien, dengan kapasitas bed 20 bed, 4 dokter umum, 2 dokter gigi dan tenaga para medis lainnya. besar? lumayan, bila dibandingkan 2 puskesmas di kota blitar lainnya, puskesmas saya termasuk yang paling besar dari segi tempatnya. Suami aja yang waktu itu nganter kerja komentarnya, "ini ta dek? kok udah kayak RS tipe D" ahaha

Tapi kenapa saya bisa bilang santai... jam kerjanya. enak sih kalo kerja di puskesmas, kerja sesuai jam kerja, dari jam 7 masuk, jam 2 udah pulang, jaga juga on call, trus kalo ada rejeki kadang ada yang nawarin gantiin jaga di IGD atau klinik, kalo nggak ada ya santai. 
Saya masih belum kepikiran buat ngelamar kerja di tempat lain. Ada sih kepikiran buat buka praktek sendiri di rumah untuk mengisi waktu sore harinya. Tapi saya pikir masih banyak hal yang pengen dipikirin hehehe
Untuk sekarang ini saya lebih memilih fokus dengan suami yang jaraknya nun jauh disana dan sambil mempersiapkan masa depan kelak... menunggu.

Kalo ditanya gajinya memang gaji saya jauh lebih sedikit dibanding teman-teman yang jam terbangnya lebih tinggi, tapi balik lagi saya syukuri, mungkin kalo saya banting tulang jaga sana sini suami jadi kurang merasa diperhatikan, maka dari itu saya bertahan seperti ini sambil menunggu peluang.

Bekerja sebagai dokter PNS memang bukan murni keinginan saya, awalnya. ini adalah hasil dorongan dari kedua orang tua saya, yang juga merupakan PNS (tapi bukan dokter). waktu itu saya cuma mencoba peruntungan, dan alhamdulillah lolos. 
Selama menjalani sebagai dokter PNS sih saya kadang juga ada kalanya mengeluh, ah seandainya saja saya dulu nggak daftar, senadianya saya nggak keterima, mungkin bisa nemeni suami PTT disana, mungkin, mungkin........ tapi semua itu jadinya malah kufur nikmat.

Ngomong-ngomong tentang LDR, ibuk dan ayah saya dulu pernah menjalani LDR semasa awal menikah, bahkan ibuk sama ayah saya dulu LDR selama 10 tahunan lebih. tapi yah semoga saya tidak selama itu berjarak jauh dengan suami, karena pengennya kan deket-deket terus hehehe

Yang paling saya kangeni dari suami adalah diimamin sama dia!! bukan karena bacaan sholatnya bagus, karena sejujurnya banyak yang lebih bagus (maaf ya suami), tapi karena kecupan hangat suami seusai kami doa bersama... ayem dan tentrem di hati. (ahaha maaf buat yang belum berumah tangga jadi bikin pengen ya) kangen banget...
dan bagaimana berubahnya dia setelah kami menikah.
Suami saya lahir dari keluarga mualaf, ibu mertua saya mualaf... dan dia sedari kecil tidak begitu tertarik dengan urusan agama (T.T)
awal-awal pacaran saya yang cerewet banget ngingetin sholat dsb (padahal aslinya saya juga sering menunda-nunda sholat). setelah menikah, suami lebih banyak mengingatkan saya, dia bahkan membawa juz amma di tempat PTT nya memanfaatkan waktu disana untuk belajar mengaji. belakangan malah saya sekarang yang jadinya sering diingatkan suami untuk sholat tepat waktu. Subhanallah... makin sayang..... ❤❤❤

Aduh ceritanya jadi mbeleber kemana-mana....
Tapi saya salut banget sama suami, mau belajar dan berusaha dibalik semua kekurangannya dan mau menerima saya untuk berjuang bersama..

Akhir kata, jadi dokter puskesmas itu enak, yang nggak enak LDR nya sama suami...
See you on the mext post...



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments